Paulus; Bapak Misionaris Modern – Program Kaderisasi Ulama
ArtikelBerita

Paulus; Bapak Misionaris Modern

pku.unida.gontor.ac.id- Rabu 18 Juli 2019 peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) Unida Gontor angkatan ke-13 mengikuti perkuliahan bersama Ustadz Arif Wibowo di Hall Hotel UNIDA. Beliau merupakan salah satu pakar di Bidang Kristologi. Dalam penyamapainnya, beliau menjelaskan secara rinci dan lugas mengenai Historisitas Kristen. Kristen itu adalah agama sejarah, yang tumbuh dan berkembang dan dibesarkan oleh sejarah. (dalam Risalah Kaum Muslimin, Al-Attas). Ungkap beliau.

Ustadz Arif juga menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, peletak dasar kekristenan itu bukan Yesus namun seorang pendeta yang bernama Paulus. Posisi Paulus itu bukan sahabat karena tidak bertemu Yesus tapi  dia merupakan golongan tabi’in. Paulus sendiri belajar ajaran Yesus dari Petrus. Banyak orang Romawi yang masuk Gereja yang karena Paulus. Dan banyak orang Romawi yang masuk Kristen, sehingga Paulus disebut sebagai Bapak Misionaris Modern. Dan warisan original Yesus adalah Gereja yang dikoordinir oleh Petrus. Pada saat itu ajaran Kristen di Romawi semakin berkembang seiring dengan adanya penerjemahan Bible yang dilakukan oleh Paulus.

BACA JUGA: Kajian Kitab Prolegomena Prof. M.N al-Attas; Penjelasan Dr. Hamid Fahmy tentang Konsep Manusia

Pengakuan Paulus mengenai hubungannya dengan Yesus juga tidak selamat dari kritik, Peter Barger pernah mengkritik hubungan antara Yesus dan Paulus ini, yang dianggap tidak masuk akal. “Yesus itu agamanya Ibrani dan Paulus berbahasa Latin. Jadi tidak masuk akal apabila Paulus bertemu dengan Yesus ketika dalam mimpi, mereka berbicara dengan bahasa apa? Kan bahasanya berbeda”. Kata Ustadz Arif.

Selain itu, beliau juga memaparkan bahwa Kristen itu dogmanya berubah seiring berkembangnya sejarah Kristen sendiri. Dalam kepercayaan  Kristen, Yesus itu wujud inkarnasi Tuhan (firman Tuhan) yang diturunkan ke bumi, jadi firman yang menjelma menjadi manusia yang diturunkan  ke bumi. Menurut Kristen, Yesus tidak bisa disandingkan dengan Nabi Muhammad SAW namun disandingkan dengan firman Tuhan.

Konflik juga terjadi diantara umat Kristen sendiri, hingga Kristen terbagi menjadi dua kubu yakni Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Pertikaian yang terjadi ini disebabkan adanya superioritas Gereja yang sangat tidak manusiawi dan cenderung mementingkan dirinya sendiri. Hal ini yang menimbulkan pertentangan dan awal dari terjadinya inkuisisi yang tidak manusiawi itu. Revolusi Kristen ini dimulai oleh Martin Luther, yang kemudian mendirikan Kristen Protestan.

BACA JUGA: Menggali Kembali Khazanah Tafsir yang Terpendam, Tafsir Sufi ala Sahl al-Thustari

Krisis otoritas di kalangan gereja itu disebabkan karena orang tidak lagi bisa dicegah untuk mencari kebenarannya sendiri. Dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari gereja karena tidak menemukan kebenaran di dalamnya. Dan banyak Gereja yang tutup, tapi juga bukan berarti mereka keluar dari Kristen, tetap Kristen tapi tidak mau ke gereja.

Trauma berkepanjangan yang terjadi di Barat ini khusunya di dataran Eropa oleh superioritas gereja menimbulkan sebuah paham dan gerekan yang sedang populer saat ini yakni gerakan sekulerisasi dan sekulerisme. Paham ini berupaya memisahkan dan menjauhkan agama dari hal yang berkaitan dengan aktivitas manusia.

Beliau juga menjelaskan bahwa cara yang ampuh melawan misionaris adalah dengan melawannya dengan metodologi yang sama yaitu Bible, seperti halnya apa yang dilakukan oleh Ahmad Deedad, Zakir Naik. Hal ini juga dibenarkan dalam pribahasa Gontor yakni al-Toriqah ahammu minal maadah.[]

Rep. Martin Putra Perdana
Ed. Admin pku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *