Di tengah pandemi: UNDIP dan PKU UNIDA mengadakan seminar peradaban dan pemikiran Islam secara Online – Program Kaderisasi Ulama

Di tengah pandemi: UNDIP dan PKU UNIDA mengadakan seminar peradaban dan pemikiran Islam secara Online

pku.unida.gontor.ac.id Pada hari Kamis siang, {19/11/2020} Program Kaderisasi Ulama Universitas Darussalam Gontor (PKU UNIDA Gontor} mengadakan seminar peradaban dan pemikiran Islam bersama Universitas Diponegoro. Acara ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena diadakan secara daring-online melalui webinar.

Namun demikian, hal tersebut tidak mengurangi antusias keilmuan para peserta. Dibuktikan dengan jumlah tidak kurang dari 50  pendengar online, dan beberapa pertanyaan yang diajukan.

Dalam penyampaian prolognya, Dr. Syamsuddin Arif, selaku pembimbing Program Kaderisasi Ulama, mengawalinya dengan mengulas kembali sejarah terbentuknya Program ini. Sekaligus mengingatkan kembali bagaimana seharusnya ulama berposisi.

Mas Tomi Ahmad, sebagai perwakilan dari PIMPIN, mengucapkan rasa terima kasihnya karena UNDIP menjadi salah satu tujuan diselenggarakannya webinar PKU. Sekaligus berharap dengan diselenggarakannya acara ini mampu saling bahu-membahu dalam meningkatkan kualitas negeri.

Pada kesempatan kali ini yang bertugas menjadi moderator adalah Nur Fauzi Radhiyatulfatah. Sedangkan pematerinya adalah Nida Husna Abdul Malik {Problem Kejiwaan pada masyarakat modern}, Yazid Mubarok {Kritik pendidikan Humanis Paulo Freire}, dan Nawang Lukman {Konsep Zuhud Hamka dalam kehidupan Modern}.

Nida Husna mengidentifikasi masalah kebahagiaan yang terjadi di dunia Barat dikarenakan hanya bersandar kepada hal bersifat empiris dan materialis. Berbeda dengan Islam, bersandar kepada nafs muthmainnah.

Yazid Mubarak memaparkan bahwa tujuan pendidikan Paulo Freire hanya bertujuan kepada pencapaian duniawi yang bergantung kepada manusia. Sdangkan Islam, tujuan pendidikannya memiliki keterkaitan yang erat antara duniawi dan ukhrawi.

Adapun nawang Lukman, mendapati kesalahpahaman sebagian masyarakat mengenai hakekat zuhud. Menurut Hamka, sikap zuhud yang sebenarnya adalah tidak meninggalkan keduniaan seutuhnya, tetapi menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Hal ini berbeda dengan kehidupan modern, yang dipenuhi dengan standar duniawi semata.

Dalam eipolognya, Dr. Syamsuddin Arif mengingatkan kepada para narasumber dan seluruh jajaran yang turut berkontribusi dalam program ini bahwa sekecil apapun kebaikan yang dilakukan, Allah Maha mengetahui dan pasti ada pahalanya.

Rep: Royyan Bachtiar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *