pku.unida.gontor.ac.id-Pada hari Senin (10/12) 3 orang peserta Program Kaderisasi Ulama’ (PKU) Universitas Darussalam Gontor mengisi acara seminar pemikiran dan peradaban Islam di Bentala Tamaddun Nusantara yang bertempat di Masjid Syuhada, Yogyakarta. Mereka adalah Arif Setya Basuki, S.Si yang mengangkat tema Pembangunan ‘Berkelanjutan’: Konsep dan Kritik, Esty Dyah Imaniar, S.S. dengan tema Islamic Sustainable Fashion: Sebuah Tawaran Ekologi dan Ekonomi Islam dalam Industri Fashion Global, dan terkahir Muhammad Kholid, S.Hum dengan tema makalah “Muhammad Syahrur dan Konsep Milk al-Yamin (Sebuah Tinjauan Kritis).
Sebelum dimulainya seminar, al-Ustadz Anton Ismunanto, M.Pd. selaku Pembina Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa didirikan yayasan ini bermula dari alumni PKU Gontor yang ingin berkiprah di masyarakat dengan membangkitkan tradisi keillmuwan. Alumni pku angkatan 7 tersebut sangat optimis dengan adannya yayasan ini, meskipun santri yang ada di yayasan tersebut berjumlah 5 orang. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat beliau beserta jajaran Pembina bentala untuk mendirikan lembaga pemikiran dan peradaban Islam di kota Jogja.
Dalam seminar ini, al-Ustadz Muhammad Ishomuddin, M.Ud. menyampaikan prolog mengenai tema yang akan dibahas oleh 3 peserta PKU. Tema kali ini adalah tema yang menarik, karena pada kesempatan ini akan dibahas mengenani sustainable fashion, sustainable development, dan Milk al-Yamin Muhammad Syahrur, bagaimana mendudukan konsep pembangunan dan fashion sesuai dengan worldview Islam, lalu bagaimana kritik terhadap Milk al-Yamin Syahrur yang kontroversial sehingga menghasilkan disertasi doktoral yang kontenya menghalalkan perzinahan, tutur beliau.
Jika ditelisik lebih dalam bahwa konsep pembangunan yang selama ini diterapkan di berbagai negara termasuk Indonesia berakar dari nilai yang disusung oleh Barat, termasuk dalam hal industri fashion global yang membawa dampak kerusakan pada lingkungan. Oleh itu, solusi yang disampaikan oleh pemateri agar merujuk pada nilai dan ajaran Islam, khususnya pada maqashid syariah yang membawa kemaslahatan kepada manusia.
Mengenai konsep Milk al-Yamin, menurut pemateri sangat problematis. Karena konsep tersebut bertentangan dengan konsep hudud yang justru diharamkan seorang laki-laki dan perempuan untuk bersentuhan, namun di dalam konsep milk al-Yamin justru dihalakannya hubungan badan antara lawan jenis. Hal ini terdapat inkonsistensi dalam framework pemikiran Syahrur. Tutur Kholid.
Pada sesi terakhir, dilanjutkan epilog oleh al-Ustadz Yongki Sutoyo dan penyerahan cinderamata dari UNIDA Gontor kepada Yayasan Pembina Bentala Tamaddun Nusantara.
Rep.
Ach. Fuad Fahmi
No Responses