pku.unida.gontor.ac.id-Pamor Syi’ah menjadi mencuat ketika Ayatullah Khoemeini berhasil menggulingkan presiden Iran yang sekaligus putranya Mohammad Reza Pahlevi pada tahun 1979, dan mendirikan ‘Republik Islam Iran. Jauh sebelum itu, sudah terjadi proses Syi’ahisasi massal di Persia ketika naikknya Shah Isma’il sebagai penguasa baru Dinasti Safawiyah.
Kata ‘Syi’ah’ sendiri secara bahasa bermakna pengikuti dan pembela seseorang. Adapun Syi’ah sebagai istilah yang bermuatan ideologis seperti yang dikutip Dr. Syamsuddin Arif dari kitab al-Milal wa an-Nihal adalah orang-orang yang mendukung Ali r.a. dan hanya mengakui beliau sebagai imam (pemimpin) dan khalifah (pengganti Nabi) yang sah menurut dalil serta wasiat secara tersurat ataupun tersirat dan meyakini bahwa kepemimpinan itu terbatas bagi anak cucu beliau saja, sehingga kalaupun terlepas dari mereka maka hal itu lantaran kezaliman dari pihak lain ataupun karena berlindung demi menyelamatkan diri.
Dalam realita, masih banyak masyarakat yang bingung ketika membicarakan Syi’ah. Disinilah kejelian Dr. Syam ketika mengkategorisasikan Syi’ah menjadi tiga kelompok untuk memudahkan pembaca dalam menilai Syi’ah. Pertama, Syi’ah Terminologis, yang memiliki makna ssecara harfiah sebagai pengikut atau pembela. Kedua, Syi’ah Politis, mereka adalah kelompok yang berpihak dan berjuang bersama Sayyidina Ali tatkala dan selama pertikaian berlangsung pasca wafatnya Khalifah Utsman bin Affan. Syi’ah jenis pertama dan kedua ini tidak problematis, karena yang pertama hanya berkonotasi bahasa, sedangkan yang kedua masih dalam koridor Ahluss Sunnah. Ketiga, Syiah Ideologis, yaitu syi’ah yang sudah mencakup keyakinan, cara pandang, pola pikir, dan kerang berfikir. Syi’ah Idelogis sendiri terbagi lagi menjadi tiga, yaitu syi’ah tafdil, syi’ah rafidi, dan syi’ah rafidi ekstrim.
Dalam buku ini, Dr. Syam menjelaskan perbedaan interpretasi antara Ahlus Sunnah dengan Syi’ah terhadap beberapa fakta sejarah. Berkenaan dengan pengangkatan Abu Bakar al-Siddiq sebagai khalifah, terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, perang saudara yang terjadi antara kelompok Sayyidinia Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan, begitu juga tentang peristiwa Karbala. Intepretasi Syi’ah terhadap hal-hal tersebut cenderung negatif, diliputi pransangka buruk, dan memperlihatkan sentiment berlebihan. Berbeda dengan interpretasi Ahlu Sunnah yang cenderung positif, lebih mengutamakan sangkaan baik, dan sentiment yang wajar.
Buku ini menjadi penting untuk memahami Syi’ah dalam aspek sejarah dan ideologi. Dr. Syam menjelaskan dengan detail peran Abdullah Ibn Saba’ sebagai pioner kemunculn Syi’ah. Begitu pula tentang mazhab-mazhab yang ada dalam kelompok Syi’ah Ideologis, yang meliputi Proto-Syi’ah, Rafidah, dan Ghulat yang setiap dari kelompok ini ada yang takfiri dan taqdisi.
Tentu muncul pertanyaan? Kenapa orang Syi’ah sangat menjung tinggi imam-imam mereka dari keturunan Husain bin Ali, kenapa bukan dari jalur keturuan Hasan bin Ali. Dalam buku ini dijelaskan bahwa itu dikarenakan Husain bin Ali menikah dengan Shahr-Banu, seorang putri raja Persia terakhir dari dinasti Sassanid, Yazdagerd III.
Hal yang menarik dari buku ini juga, bagaimana Dr. Syam merumuskan dengan apik proses pertumbuhan dan perkembangan doktrin-doktrin Syi’ah mulai dari abad ke-1 hingga abad ke-15. Kemudian pada bagian Aqidah Syi’ah, dijelaskan beberapa keyakinan syi’ah yang berbeda dengan keyakinan Ahlus Sunnah, meliputi Bada’ ( peristiwa baru yang berbeda dengan atau menyalahi pengetahuan Tuhan, kehendak atau perintahnya, sehingga Tuhan berubah atau mengubahnya), Wasiat ( bahwa Nabi telah mewasiatkan Ali r.a. untuk menggantikan Nabi setelah wafatnya ), Nass ( Kekhalifahan Ali r.a. setelah Rasulullah dijelaskan secara tegas oleh nass ), Sahabat ( kekafiran semua sahabat kecuali tiga orang, Miqdad ibn Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi), Ghaybah ( ketiadaan atau ‘keghaiban’ imam karena menghilang atau lenyap ), Raj’ah ( kembalinya imam yang ghaib di akhir zaman kelak untuk menumpas kebatilan dan mengembalikan keadilan di muka bumi ), Imam Mahdi ( diklaim sebagai Imam ke-12 Syi’ah ), Non-Syiah ( yang bukan Syi’ah dianggap muslim, tapi bukan mu’min ).
Dalam bab Tafsir Syi’ah, Dr. Syam menjelaskan karakteristik dan metodologi tafsir Syi’ah yaitu i) menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka, ii) menganggap al-Qur’an yang ada itu kurang atau tidak lengkap, iii) membuat riwayat-riwayat palsu atas nama Ahlul Bayt, iv) kitab-kitab tafsir Syi’ah juga biasanya diselipi – jika bukan dipenuhi – oleh cerita-cerita fiktis atau anekdot yang sukar dipercaya, v) hanya Sayyidina Ali dan para imam sesudahnya yang berhak, boleh dan bisa menafsirkan al-Qur’an, vii) menggunakan pendekatan allegoris terhadap ayat-ayat al-Qur’an agar sesuai dengan kepercayaan aqidah Syi’ah, viii) tafsir-tafsir Syi’ah juga diwarnai oleh tendensi negatif terhadap Ahlus Sunnah umumnya dan para sahabat dan istri-istri Rasulullah khususnya.
Dalam pembahasa Hadist Syi’ah, dicantumkan juga beberapa kitab-kitab hadist induk mereka, yaitu Man la yahduruhu al-Faqih, Tahzib al-Ahkam, al-Istibsar fi-ma ikhtalafa min al-akhbar, al-Wafi, Wasa’il as-Syi’ah, Bihar al-Anwar, Mustadrak al-Wasail.
Adapun praktek-praktek dan amaliyah yang identik dengan Syi’ah adalah Taqiyah ( berkata, berbuat, dan bersikap lain dari apa yang sebenarnya mereka yakini ), Bara’ah ( berlepas diri dari siapapun yang dianggap musuh Ahlul Bayt ), Laknat ( melaknat para sahabat khususnya Abu Bakar dan Umar ), Asyura ( upaca memperingati kematian Sayyidina Husain di padang Karbala ), Mut’ah ( pernikahan untuk jangka waktu tertentu dimana setelah jatuh tempo, ikatan perkawinan itu tidak berlaku lagi ).
Buku ini mempunyai sistematika yang cukup baik karena disusun secara terstruktur dari aspek sejarah dan ajaran-ajaran Syi’ah sehingga pembaca lebih mudah mengikuti alur pemikiran dari penulisnya. Penulis buku ini mampu menampilkan berbagai macam referensi yang otoritatif baik dari kitab-kitab Syi’ah sendiri, dan kitab-kitab Ahlus Sunnah, serta beberapa buku-buku hasil penelitian para Orientalis tentang Syi’ah. Tapi kelemahan dari buku ini, tidak cocok untuk pembaca yang tidak memiliki kemampuan bahasa yang variatif, melihat tidak semua kutipan-kutipan yang diambil penulis diterjemahkan. Selain kutipan dari buku berbahasa Arab dan Inggris, juga diambil dari buku-buku berbahasa Latin, Jerman, Prancis dll, sehingga hal ini menyulitkan pembaca untuk memahami langsung dari buku yang dirujuk penulis. Wallahu a’lam[]
Judul Buku : Bukan Sekedar Mazhab : Oposisi dan Heterodoksi Syi’ah
Pengarang : Dr. Syamsuddin Arif
Penerbit : INSISTS
Tahun terbit : 1439/2018
Tebal Buku : 202 halaman
Presensi : Muhammad Kholid
No Responses