Jabir Ibnu Hayyan: Ilmuan Kimia dalam Sejarah Islam

Salamiyah/Peserta PKU Angkatan 16

Cakupan sains sangat luas bisa termasuk ilmu alam, sosial, dan agama. Ilmu yang berkembang di jaman dahulu masa abad pertengahan sebelum modern. Sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan sedangkan secara bahasa latin dari kata scire yang berarti tahu atau mengetahui (Hardianto, 2010). Salah satu cabang dari sains yang sering dibicarakan adalah Ilmu kimia, yaitu sebuah ilmu pengetahuan alam atau sains yang fokus mempelajari perubahan-perubahan suatu materi menjadi zat lain serta energi yang terlibat didalamnya. Ilmu kimia merupakan ilmu pegembangan baru yang berakar dari kata alkimia dan telah dipraktikkan sejak zaman dahulu seperti kemampuan mengawetkan makanan dan jenazah, mengolah logam, dan meramu obat-obatan (al-Azizi, 2018).

Secara historis, Ilmu kimia telah muncul bahkan sejak masa peradaban Mesir kuno dan juga Yunani klasik. Pada zaman ini muncul kata “kimia” yang diyakini telah dimodiikasi oleh ilmuwan berbahasa Arab menjadi al-Kimya. Namun al-kimya, atau lebih dikenal dengan ”alchemy”, merupakan teknik yang sangat misterius yang ditujukan untuk memproduksi emas dan perak dari logam lainnya (Masood, 2009). Ditinjau dari sejarah alkimia tidak hanya menyangkut dunia fisik eksistensi saja tetapi sekaligus berkaitan dengan dunia psikologi dan spiritual. Alkimia spiritual fokus masalah pokoknya yakni jiwa dan yang bertujuan dengan mentransformasikan jiwa, sedangkan alkimia fisik membahas terkait dengan berbagai zat khususnya logam dan alkimia yang digunakan para perajin (Nasr, 1997).

Baca Juga : Kontribusi Sarjana Muslim dalam Perkembangan Sains – Program Kaderisasi Ulama (gontor.ac.id)

Jabir Ibnu Hayyan dan Kontribusinya dalam Bidang Kimia

Berbicara tentang sains dalam konteks modern berarti penelitian yang sistematis atas alam dengan menggunakan pengamatan, eksperimen, penilaian, dan verifikasi. Sains modern dianggap sebagai mahkota peradaban Barat setelah beberapa kali peradaban berganti dari tangan ilmuwan dunia non-Barat kepada ilmuan Barat. Ilmuwan non-Barat di sini merujuk pada mereka yang hidup di kebudayaan Islam pada waktu 800 tahun mulai dari abad ke-8 sampai ke-16 (Masood, 2009). Sejalan dengan keuntuhan Roma dan kekosongan selama 800 tahun lalu dimanfaatkan oleh para cendekiawan Muslim yang memperngaruhi pemikiran sains Barat. Seperti yang terjadi di Kufah, Irak seorang cendekiawan yang bernama Jabir bin Hayyan (dilatinkan menjadi Geber) menjadi salah seorang yang meletakkan dasar-dasar ilmu kimia sekitar 900 tahun sebelum Boyle (Nasr, 1997).

Abu Musa Jabir bin Hayyan atau dikenal dengan Geber di dunia Barat lahir pada tahun 750 di Kuffah, Irak. Jabir bin Hayyan mengembangkan teknik percobaan sistematis dalam penelitian kimia sehingga percobaan dapat direproduksi kembali. Jabir ibn Hayyan hidup pada masa dua dinasti, yakni akhir kekhalifahan Umayyah dan awal kekhalifahan Abbasiyah. Keahliannya ini didapatnya dengan berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun al-Rashid di Baghdad (Jailani, 2018). Jabir menekankan pada kuantitas zat yang berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi seperti hukum perbandingan tetap. Kontribusi Jabir bin Hayyan dalam ilmu kimia antara lain penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan. Ia dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diperkirakan menjadi suatu ilmu sains yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia (Somadinata, 2016).

Penguasaan Jabir terhadap ilmu kimia membawanya menjadi seorang ahli kimia yang termasyhur di zamannya. Pendapatnya yang terkenal adalah bahwa logam biasa seperti seng, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas, atau perak dengan formula misterius, yang untuk mengetahuinya ia telah banyak menghabiskan waktu. Pada abad pertengahan, risalah Jabir tentang alkimia diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi teks standar untuk bahasa Eropaalkemis. Buku-buku lain yang dituliskan oleh Jabir yaitu Kitab al-Kimya (berjudul Buku Komposisi Alkimia di Eropa) diterjemahkan oleh Robert dari Chester (1144) dan Kitab al-Sab’een ( Kitab Tujuh Puluh ) oleh Gerard dari Cremona (sebelum 1187). Marcelin Berthelot menerjemahkan beberapa bukunya dengan judul fantastis Book of the Kingdom , Book of the Balances , dan Book of Eastern Mercury . Beberapa istilah teknis bahasa Arab yang diperkenalkan oleh Jabir, seperti alkali , telah ditemukan dalam berbagai bahasa Eropa dan telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah. Max Meyerhoff menyatakan hal berikut pada Jabir ibn Hayyan: “Pengaruhnya dapat ditelusuri di seluruh perjalanan sejarah alkimia dan kimia Eropa (Glic, Livesey, & Wallis, 2005).

Penutup

Perkembangan ilmu kimia yang sampai sekarang masih terus dikembangkan dengan berbagai manfaatnya. Cendekiawan Islam tidak kalah dengan cendekiawan Barat dalam menyumbangkan berbagai penemuannya sebagai sebuah kontribusi yang sangat penting dalam dunia kimia. Jabir Ibnu Hayyan salah satu cendekiawan Muslim dalam bidang Kimia dengan berbagai penemuannya salah satunya teori hukum perbandingan tetap. Selain Jabir ibnu Hayyan ada beberapa cendekiawan Muslim yang berpengaruh dengan perkembangan ilmu sains lainnya seperti Ibnu Sina dan Al-Zahrawi bidang Kedokteran, Al-Khawarizmi di bidang Matematika, Ibnu Haitham bidang Optik, Al Battani bidang Astronomi, dan masih banyak cendekiawan lainnya. Penting sekali untuk menelusuri sejarah keilmuan oleh tokoh-tokoh Islam sebagai motivasi dalam melanjutkan kontribusi mereka dibidang keilmuan masing-masing.

 

Daftar Pustaka

Al-Azizi, A. S. (2018). Untold Islamic History. Yogyakarta: Laksana.

Glic, T. F., Livesey, S. J., & Wallis, F. (2005). Ilmu Pengetahuan Abad Pertengahan, Teknologi, dan Kedokteran:. Routledge: Encyclopedia.

Hardianto, B. (2010). Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern. Jakarta: Al-Kautsar.

Jailani, I. A. (2018). Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam Perkembangan Sains Modern. Jurnal Theologia, Vol. 29(1) , 165-188.

Masood, E. (2009). Ilmuwan-ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nasr, S. H. (1997). Sains dan Peradaban di dalam Islam. Bandung: Pustaka.

Somadinata, Y. (2016). Kejayaan Sains Muslim. Jakarta: Elex Media Komputindo.

 

 

No Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *